TDL naik juga berdampak sistemik pada.......lalapan ayam!!!!


Beberapa minggu lagi, kita akan bertemu kembali dengan bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan, diskon pahala gede2an (ngalah2in diskon belanjaan hehehe, yaitu bulan suci ROMADHON. Sudah semestinya semua umat muslim bersuka cita dengan datangnya bulan ini. Sehingga semua umat muslim bisa menyiapkan diri sebelum menghadapi bulan yang pasti dicintai semua umat muslim. Oleh karena itu rasulullah biasanya menyiapkan diri dengan memperbanyak puasa...(lho kok jadi ceramah??hehehe, kembali ke laptop dah....;))

Yup, kembali ke topik TDL di atas. Menjelang datangnya bulan ramadhan ternyata di pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sangat “bijak” yaitu menaikkan Tarif Dasar Listrik atau disingkat TDL. Hal ini rupanya berdampak “sistemik” (niru-niru century :p) ke semua lini terutama sembako. Tentu saja ini akan dimanfaatkan oleh pedagang untuk menaikkan harga barang termasuk sembako. Apalagi keputusan ini dicetuskan saat mendekati bulan puasa. Lha wong ketika TDL ga naik, harga barang-barang tetep naik ketika menjelang romadhon, nah ini TDL naiknya malah ketika menjelang romadhon??haduh..haduh....
Mangkel??bisa jadi. Jengkel???pasti!!! tapi sebelum protes ada baiknya kita melihat kenapa pemerintah menaikkan TDL. Seperti yang diuraikan oleh Bu Ratni Ummu Jilan dalam artikelnya “TDL, Haruskah Naik”, Alasan dinaikkannya tarif listrik oleh pemerintah salah satunya adalah untuk menutupi kerugian yang dialami pihak PLN. Kerugian yang dialami PLN sendiri menurut Ir. Ahmad Daryoko, mantan Ketua SP PLN Pusat (Al Wai’e, No. 91 Tahun VIII, 1-31 Maret 2008) disebabkan oleh:
pertama, adanya kesenjangan antara biaya produksi dengan harga jual. Biaya produksi tinggi dimana bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit listrik bersumber dari minyak. PLN membeli minyak ke Pertamina dengan harga komersial, bukan harga subsidi yaitu Rp 7000,- sampai Rp 7.500,- . Pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak, per-kwh-nya membutuhkan 1/3 liter minyak, atau membutuhkan sekitar Rp 2.300,-/liter untuk menghasilkan 1 kwh. PLN lalu menjualnya kepada konsumen hanya sebesar Rp 630,-/kwh. Belum biaya administrasi, offerhead, pemeliharaan, transmisi, distribusi, dan lain-lain.
Kedua, adanya inefisiensi ''sistemik''. Inefisiensi terjadi karena penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak yang sebenarnya bisa digantikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas. PLN tahun 80-an sebenarnya sudah menyiapkan pembangkit berbahan gas yang bisa menghasilkan daya 7.500 megawatt. Namun upaya ini tidak bisa dilakukan karena terganjal regulasi minyak dan gas, gas sebagian besar diekspor ke luar negeri dan bukan untuk pasokan kebutuhan dalam negeri. Kalau pembangkit listrik dioperasikan dengan gas hanya membutuhkan biaya Rp 7 trilyun/tahun, sedangkan dengan minyak maka biayanya Rp 33 trilyun/tahun. Jadi inefisiensinya sebesar 26 trilyun/tahun.
Ketiga, masalah pada sumber daya manusia. Di PLN sendiri masih banyak ditemui perilaku dari SDM-nya yang tidak sesuai dengan aturan; seperti korupsi, mark up, manipulasi, dan lain-lain. Selain karena alasan PLN merugi, naiknya TDL juga disebabkan pemerintah telah mengurangi subsidi listrik yang tadinya direncanakan sebesar Rp. 56,1 trilyun menjadi Rp. 55,1 trilyun atau turun Rp. 1 trilyun. Kompensasi dari turunnya subsidi listrik ini adalah dengan menaikkan tarif dasar listrik (TDL) tersebut. (www.kendarinews.com)
Dan parahnya lagi sudah TDL naik, eh di beberapa daerah misalnya Makasar, pasokan listrik juga tetep berkurang, artinya TDL naik tapi yo tetep aja sering mati. Nah lo....
Duh bapak-bapak dan ibu-ibu pemerintah, mbok yo mengerti kondisi rakyat kecil itu lho...kan kasihan kalo terus diberi kebijakan yang merugikan mereka.
Anyway, tahu gak, ternyata TDL naik ini juga berdampak sistemik pada harga lalapan ayam disamping kosanku. Parah wes, yang biasanya bayarnya Cuma 5000 doank, eh tadi 6000an. Untung aja aku bawa uang lebih, jadinya ga pake acara malu karena uangnya kurang heheheheh....
Jadi saking berpengaruhnya TDL naik ini, sampe-sampe lalapan ayam juga ikut2an naik. Fuhh....

sret

aku : pak tahu kan kalo TDL naik?
bapak : ya tahulah nak, wong bapakmu ini yo pegawai PLN
aku : kok bisa naik sih pak, kan kasihan masyarakat dan rakyat kecil...
bapak : ya ga tahu nak, bapakmu kan cuma pegawai...jadi juga rakyat kecil
aku : trus gimana pak?kan baran-barang pada naik harganya..
bapak : ya itulah nak...bapakmu ini juga bingung..
aku : bapak...bapak...kalo TDL naik, harga2 naik, trus uang bulananku juga naik ga pak??
bapak : GAK!!!

krik...krik...krik...

ciao.



6 comments:

mbah jiwo mengatakan...

ha ha ha detil sekali...mudah2an TDL kembali turun, ada beberapa pihak yg meminta turun soale...

Anonim mengatakan...

makane nek ngepet gak usah gawe lampu listrik... pake petromaks ae yo... anti angin...

admin mengatakan...

@mbah jiwo
ya iyalah mbah,gini2 ane iki pinter lho *betulin rambut

@hatilangit
ngepet??bukane nek ngepet emang ga pake listrik ya,tapi pake lilin?

ppob mengatakan...

wah kalau tdl naik trs gimana nasib rakyat kecil,
mau nyari makan aja susah, ditmbah lagi tdl niak.
bisa2 rumah2 pada pake teplok nih

Anonim mengatakan...

setuju dengan komentar "bapak" yang terakhir

Crypto Phone Support mengatakan...

Interested to enter the world of Blockchain? Do you want to open your Blockchain account? If yes, take the stepwise assistance from the experts who have been working in this domain since ages and know now all the solutions and tricks to overcome from any error. Just dial Blockchain support number at 1-800-665-6722 and get instant and ultimate solutions from the experts. The experts are always ready to guide users irrespective of time.Visit website:- http://www.cryptophonesupport.com/wallet/blockchain

Posting Komentar

cyber berkata........